Social Follow

Kontribusi

Tulisan ini sepenuhnya hanya untuk memberikan informasi tentang Nagari Sungai Patai kecamatan Sungayang. Tulisan-tulisan yang di Blog ini secara keseluruhan represenatif akan tetapi tulisan-tulisan yang berada dalam sudut pandang penulis tanpa mengabaikan fakta-fakta yang ada.Bagi yang ingin berkontribusi silakan kirim tulisan ke silatsungaipatai@gmail.com tema tulisan meliputi Sejarah, Budaya, maupun hal unik yang ada di Sungai Patai. kami juga menerima tulisan yang berkenaan dengan Sungai Patai dimanapun berada.Semoga Bermafaat.

Instagram

Search This Blog

Blog Archive

Stay Connected

Sidebar Ads

Pages

Lambang Silek Sungai Patai

Kemunculan silat Silat Sungai Patai
Pada dasarnya seni tradisional adalah modal awal sebagai filterisasi kebudayaan luar. Banyaknya masuk pengaruh luar mengakibatkan kesenian local terabaikan, sebagai mana dengan silat. Silat merupakan bagian dari kebuadayaan local yang menjadi seni bela diri yang ada di Nuasantara. Setidaknya perkembangan silat belum se-populer karate, judo.

Keberadaan silat local yang ada di Indonesia khususnya di sumatera barat. menggali dan mengembangkan kesenian tradisional mereka di perguruan silat Gajah Dorong aliran silat Sungai Patai, nagari Sungai Patai, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar,  Sumbar.
Silat Sungai patai dalam penyebutannya silek Sungai patai, silat ini merupakan salah satu aliran silat yang ada di tanah datar. Aliran silat ini berasal dari nagaei sungai patai, sebuah nagari yang tindah terletak di kabupaten tanah datar yang berbatasan langsung dengan kabupaten Lima puluh kota. Menurut sejarah lisan yang diterima dari tuo-tuo silat dan guru silat sungai patai, silat ini dibawa langsung oleh syekh Abdul Manan, masyarakat sungai patai lebih mengenalnya dengan sebutan Angku Gaduik atau Tuangku Gaduik. Masih menurut cerita beliau menuntu ilmu di daerah gaduik di kabupeten lima puluh kota. Makanya dikenal dengan angku gaduik.
Di Minangkabau sendiri silat berfungis sebagai pelindung atau pamaga/ panjago. Pada dasarnya petunjukan silat di gelanggang disebut oleh tetua silat sebagai pencak atau gerakan silat untuk kesenian. Dalam isilah di Sungai Patai, bersilat dihadapan musuh disebut dengan Goluik. Sedangkan bersilat untuk pertunjukan disebut bungo. Belajar silat di sungai patai dilakukan pada malam hari. Ini bertujuan untuk meningkatkan kelincahan, ketajaman rasa dan mengetahui secara perasaan arah gerakan yang datang.
Dalam praktik sehari-hari, jika seorang guru silat ditanya apakah mereka bisa bersilat, mereka biasanya menjawab dengan halus dan mengatakan bahwa mereka hanya bisa mancak (pencak), padahal sebenarnya mereka itu mengajarkan silek (silat). Inilah sifat rendah hati ala masyarakat persilatan, mereka berkata tidak meninggikan diri sendiri, biarlah kenyataan saja yang bicara. Kata pencak dan silat akhirnya susah dibedakan. Saat ini setelah silek Minangkabau itu dipelajari oleh orang asing, mereka memperlihatkan kepada kita bagaimana serangan-serangan mematikan itu mereka lakukan.
lambang Silek Sungai Patai
Pada awal kemunculannya silek sungai patai belumlah mempunyai lambang perguruan,karena pada saat itu pengajaran dan pengembangan silek sungai patai dilakukan dengan cara sembunyi sembunyi dan hanya diajarkan pada penduduk sungai patai saja,namun pada perkembangannya silek sungai patai telah berkembang ke luar nagari sungai patai sampai masuk dan terdaftar sebagai salah satu aliran silat tradisional di organisasi Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia atau disingkat IPSI.
Lambang Silek Sungai Patai
Mengenai lambang silat sungai patai sendiri, lambang ini pada awalnya dibuat kira-kira pada tahun 1970-an, yang dibuat dan dirancang oleh  Syafril Murad. Bapak Syafril Murad atau yang dikenal di sungai patai dengan panggilanPurin ialah seorang yang berasal dari Bukitiinggi  yang datang dan menuntut ilmu silat sungai patai langsung ke nagari sungai patai, beliau inilah yang merancang dan membuat lambang silat sungai patai yang diberi nama dengan `Perguruan Pencak Silat sungai patai`

Dalam lambang silat sungai patai beliau memasukkan tiga binatang buas yaitu Gajah, Harimau, Ular. Gajah yang dikenal dengan kekuatannya, Harimau dikenal dengan kebuasannya,  dan Ular dikenal dengan lilitannya dalam filosofi aliran silat sungai patai disebut kabek ,dengan di dominasi warna kuning yang melambangkan luhak nan tuo yaitu Luhak Tanah Datar. Sewaktu membuka sasaran atau tempat latihan di ateh ngungun dengan bukik selo disinilah pembirian lambang silat sungai patai.

Post a Comment

Copyright © SUNGAI PATAI. Designed by OddThemes