Robi Arlan Mengejar Harapan Di Tanah Papua

Tanah Papua tanah yang kaya, surga kecil jatuh ke bumi, Seluas tanah sebanyak madu adalah harta harapan dalam lirik lagu Edo Kondologit. Tanah harapan sekiranya itu sudah biasa melekat pada diri Robi Arlan. Pria yang mengantungkan harapaannya di tanah Papua. Berangkat pada awal bulan Januari 2016 Robi yang kerap di panggil Atun ini telah menginjakan kakinya di tanah harapan itu. Sekiranya ini sebuah langkah awal dan dan menginsprasi untuk generasi muda Sungai Patai bahwa jangan lelah mengejar cita-cita dan harapan.

Robi Arlan yang sedang menuju welcome Puncak Jaya
melintasi pegunungan Jayawijaya

Robi yang menamatkan kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Batusangkar yang sekarang ini sudah menjadi IAIN BatusangkarDia mengambil jurusan Akuntasi telah menjadi Junior Tenaga Ahli at Konsultan Keuangan di PTMECO SINERGI GROUP. Meco Sinergi Group merupakan group usaha yang bergerak dalam bidang jasa konsultan dan perdagangan (manajemen, Keuangan, SDM, IT, Aplikasi, Multimedia.
Pada awalnya Robi bertutur kepada penulis bahwa dia mendaftar di Kota Padang. Melalui media social yang sekarang ini sudah dapat di akses hampir di sema tempat. Menurut Robi, mengapai segala sesuatu itu butuh keberanian. Selain itu, kita harus hati-hari dengan maraknya penipuan. Menjadi sukses kita tidak perlu mendengarkan kata-kata orang yang ingin menjatuhkan kita.

“awalnyo dengan modal nekat bahkan den hampir konai tipu dek ughang dan itu waktu den mandaftar ka salah satu perusahaan Minyak. Banyak kawan-kawan yang mancemean den waktu itu tapi den harus cobo dengan banyak masuak lamaran karajo dan alhamdulillah di Papua ditarimo” terang Robi karena dia berpegang pada prinsip turunkan sedikit reputasimu jika kamu ingin sukses

“Den dulu mendaftar d pdang bulan desember.. lalu dipindahkannya ka Papua, selain itu, untuk memudahkan kerja di perusahaan ini awak mendaparkan pendidikan pengunaan basic  manajemen basis  (SQL) perhitungan pajak penghasilan (PPH)” Cerita Robi
Papua yang terletak di Timur Indonesia tentu nya biaya hidup tinggi. Saat ini transportasi disana masih mengandalakan Peasawat Baling- baling.

Robi Arlan melintasi pegunungan Jayawijaya

“biaya iduik godang disiko. rato2 150 perhari dan bahkan ongkos dari Jayapura ke Puncak Jaya lebih mahal dari ongkos Jayapura ka Padang” tambah Robi yang selalu mengingat pepatah bahwa jangan jadi ikan besar di kolam kecil tapi jadilah ikan kecil di samudra yang luas
Selama dia traning di tinggal di Perumahan Jaya Asri Entrop di Jayapura selama 8 hari sebelum diberangkatkan ke Jayapura. Penempatannya di puncak jaya ang diberangkatkan dengan Alda Air melintasi pegunungan Jayawijaya.
Sudah mendekati 2 bulan Robi bercerita kepada penulis untuk bekerja di Papua ini tentu ada susah dan senangnya

“ado susah senangnya.  senangnya gaji dan tunjangan menjanjikan, nan kaduo awak bisa menikmati alam Papua yang asli lewat pesawat baling-baling, nan ketigo baatu di wilayah puncak jaya yang dikelilingi pegunungan itu karano masih ada peradaban dan disitu den bisa mancoliak langsung warga asli Papua yang erat dengan budayanyo.. masih banyak sabananyo yang lain dibalik keindahan alam Papua. Kalau susahnyo yo awak jawuah dari kampuang” ujar Robi lelaki yang lahir 14 Sepetember tahun 1991
Tanah papua memiliki tanntangan tersendiri yang itu adaptasi terhadap suhu. Di Daerah penempatan dia di Puncak jaya kalau malam hari suhu sampai 5 derajat.  Terakhir dia berpesan kepada generasi muda Sungai Patai jangan takut untuk mengambil resiko karena dibalik resiko yang besar ada masa depan yang cerah.