Anak adalah titipan
Adalah titipan dari Alllah SWT. Rasa syukur setelah mendapatkan anak dalam
masyarakat minangkabau dilakssnakan dalam bentuk upacara adat. Yang dikenal
dengan Turun Mandi. Lazim setiap upacara adat yang berlaku di Minangkabau di
Sungai Patai, Prosesi turun mandi disebut dengan Mandi Pincuan. Prosesi Adat Istiadat "Anak Mandi
Pincuan" (Pincuan artinya Pincuran) merupakan sebuah acara kenduri sederhana
dalam mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT karena telah dikaruniai
seorang anak yang baru lahir.
Sumber Foto Zulfahmi |
Upacara turun mandi
adalah salah satu upacara adat Minangkabau masih terlestarikan hingga saat ini.
Upacara turun mandi merupakan upacara yang dilaksanakan untuk mensyukuri nikmat Allah atas bayi baru lahir dan upacara ini juga
merupakan sunnah rasul. Nah, pada upacara turun mandi inilah pertama kalinya
bagi si bayi untuk melihat lingkungan dan masyarakat sekitar. Upacara turun
mandi harus di laksanakan di sungai atau masyarakat Minang menyebutnya batang
aie dan yang membawa anak ini dari rumah ke sungai adalah orang yang berjasa
membantu proses persalinan. Di Sungai Patai memakai media Pincuran karena
kebiasaan orang di nagari ini mandi mengunakan Pincuran atau tapian.
Di nagari Sungai Patai
sendiri prosesi ini diawali dengan mengarak si anak dari rumah ke pincuran
untuk dimandikan lalu diarak lagi dari pincuran ke rumah kemudian dilakukan
acara " Manyapih Anak" sekaligus "Memotong Rambut si Anak",Memotong
rambut si anak inilah yang merupakan acara inti dalam prosesi ini,karena
bersumber dari hadits Rasulullah SAW yang memerintahkan memotong rambut si anak
pada hari ketujuh kelahirannya,lalu dilanjutkan dengan makan bersama dan
kemudian acara ditutup dengan doa.
Prosesi Mandi Pincuan
Setelah segala
sesuatunya dirasa cukup maka si anak akan di arak dari rumah menuju pincuran
untuk dimandikan,si anak di gendong oleh neneknya dari pihak Ayah,(jika
neneknya sudah tiada maka akan digendong oleh bako nya yang lain,biasanya etek
dari ayahnya, kakak atau adik perempuan ayahnya,atau bisa juga saudara dari
ayahnya yang lain,yang penting dalam hal ini Ia adalah bako si anak) dan
diiringi oleh orang yang berjasa dalam proses persalinan yaitu Dukun beranak
atau Bidan,lalu diikuti oleh tamu yang lain tetapi umumnya di dominasi oleh
anak-anak
Proses mandi pincuran
ini dengan membawa beberapa syarat yaitu:
1. Lidi Gilo sebanyak tujuh buah
ditambah dengan sebuah limau puruik/jeruk purut.Lidi tersebut ditusukka ke jeruk
purut,ini mengandung filosofi sebagai alat pengusir
"Dubili"/Setan".
2. Samani dan Wajik ialah makanan
tradisional yang terbuat dari beras pulut yang dikasih gula merah yang rasanya
sangat manis sekali. Samani ini mempunyai filosofi agar kelak si anak memiliki
mulut yang manis dalam bertutur kata.
3. Salomak Kuniang/ Nasi Kuning, Sama
halnya dengan samani, salomak kuniang juga terbuat dari beras pulut,hanya saja
warnanya kuning karena dikasih air kunyit,ini mempunyai filosofi agar si anak
kelak sejuk dan indah dipandang mata sebagaimana warna kuning pada salomak
kuniang tersebut.
4. Botiah Putiah ialah makanan
yang terbuat dari padi yang di rendang,Botiah ini mempunyai karakter sangat
ringan,ini mengandung filosofi agar kelak si anak menjadi seseorang yang ringan
tangannya dan suka membantu sesama.
5. Beras mempunyai filosofi agar si
anak kelak hatinya bersih dan putih sebagaimana putihnya warna beras.
6. Sapuluik/ Beras Pulut. Ketan atau
Beras pulut jika dimasak akan mengeluarkan getah,ini mempunyai filosofi agar si
anak kelak juga mempunyai getah atau daya tarik dalam pergaulan atau suka
bergaul dengan orang lain dan orang lainpun suka bergaul dengannya.
Semua syarat tersebut
diletakkan dalam piring yang berukuran besar lalu dibawa serta dalam mengarak
si anak dari rumah ke pincuran. Sampai di pincuran sebelum si anak dimandikan
terlebih dahulu lidi gilo yang sudah ditusukan ke jeruk purut dipukulkan ke
pincuran dengan tujuan mengusir setan yang mungkin ada di pincuran tersebut,ini
merupakan syariatnya saja namun pada hakikatnya ialah berlindung kepada Allah
SWT agar dijauhkan dari syetan dengan membaca `A`uzubillah.
Setelah itu barulah si
anak dimandikan lansung di pincuran tanpa menggunakan ember atau gayung dan
peralatan mandi si yang biasanya,inilah yang dinamakan "Mandi
Pincuan" karena si anak dimandikan di pincuran sebagaimana orang dewasa
mandi di pincuran pada umumnya. Kemudian setelah si anak selesai dimandikan
lalu diarak lagi dari pincuran menuju ke rumah sepanjang perjalanan batiah
putiah tadi diserakkan sebagai tanda telah belansungya acara tersebut. Sampai
di rumah si anak dipakaikan pakain sambil menunggu prosesi selanjutnya yaitu
prosesi menyapih anak yang sekaligus prosesi memotong rambut si anak yang akan
dilakukan oleh orang siak atau orang yang paham ilmu agama.(Zulfahmi Alfian)
Narasumber: Bpk Effendi,Angku ampek Bodi Caniago
Post a Comment