Social Follow

Kontribusi

Tulisan ini sepenuhnya hanya untuk memberikan informasi tentang Nagari Sungai Patai kecamatan Sungayang. Tulisan-tulisan yang di Blog ini secara keseluruhan represenatif akan tetapi tulisan-tulisan yang berada dalam sudut pandang penulis tanpa mengabaikan fakta-fakta yang ada.Bagi yang ingin berkontribusi silakan kirim tulisan ke silatsungaipatai@gmail.com tema tulisan meliputi Sejarah, Budaya, maupun hal unik yang ada di Sungai Patai. kami juga menerima tulisan yang berkenaan dengan Sungai Patai dimanapun berada.Semoga Bermafaat.

Instagram

Search This Blog

Blog Archive

Stay Connected

Sidebar Ads

Pages

Mandi Pincuan : Turun Mandi Ala Sungai Patai

Anak adalah titipan Adalah titipan dari Alllah SWT. Rasa syukur setelah mendapatkan anak dalam masyarakat minangkabau dilakssnakan dalam bentuk upacara adat. Yang dikenal dengan Turun Mandi. Lazim setiap upacara adat yang berlaku di Minangkabau di Sungai Patai, Prosesi turun mandi disebut dengan Mandi Pincuan.  Prosesi Adat Istiadat "Anak Mandi Pincuan" (Pincuan artinya Pincuran) merupakan sebuah acara kenduri sederhana dalam mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT karena telah dikaruniai seorang anak yang baru lahir.

Sumber Foto
Zulfahmi

Upacara turun mandi adalah salah satu upacara adat Minangkabau masih terlestarikan hingga saat ini. Upacara turun mandi merupakan upacara yang dilaksanakan  untuk mensyukuri nikmat Allah atas  bayi baru lahir dan upacara ini juga merupakan sunnah rasul. Nah, pada upacara turun mandi inilah pertama kalinya bagi si bayi untuk melihat lingkungan dan masyarakat sekitar. Upacara turun mandi harus di laksanakan di sungai atau masyarakat Minang menyebutnya batang aie dan yang membawa anak ini dari rumah ke sungai adalah orang yang berjasa membantu proses persalinan. Di Sungai Patai memakai media Pincuran karena kebiasaan orang di nagari ini mandi mengunakan Pincuran atau tapian.
Di nagari Sungai Patai sendiri prosesi ini diawali dengan mengarak si anak dari rumah ke pincuran untuk dimandikan lalu diarak lagi dari pincuran ke rumah kemudian dilakukan acara " Manyapih Anak" sekaligus "Memotong Rambut si Anak",Memotong rambut si anak inilah yang merupakan acara inti dalam prosesi ini,karena bersumber dari hadits Rasulullah SAW yang memerintahkan memotong rambut si anak pada hari ketujuh kelahirannya,lalu dilanjutkan dengan makan bersama dan kemudian acara ditutup dengan doa.

Prosesi Mandi Pincuan
Setelah segala sesuatunya dirasa cukup maka si anak akan di arak dari rumah menuju pincuran untuk dimandikan,si anak di gendong oleh neneknya dari pihak Ayah,(jika neneknya sudah tiada maka akan digendong oleh bako nya yang lain,biasanya etek dari ayahnya, kakak atau adik perempuan ayahnya,atau bisa juga saudara dari ayahnya yang lain,yang penting dalam hal ini Ia adalah bako si anak) dan diiringi oleh orang yang berjasa dalam proses persalinan yaitu Dukun beranak atau Bidan,lalu diikuti oleh tamu yang lain tetapi umumnya di dominasi oleh anak-anak
Proses mandi pincuran ini dengan membawa beberapa syarat yaitu:
1.       Lidi Gilo sebanyak tujuh buah ditambah dengan sebuah limau puruik/jeruk purut.Lidi tersebut ditusukka ke jeruk purut,ini mengandung filosofi sebagai alat pengusir "Dubili"/Setan".
2.       Samani dan Wajik ialah makanan tradisional yang terbuat dari beras pulut yang dikasih gula merah yang rasanya sangat manis sekali. Samani ini mempunyai filosofi agar kelak si anak memiliki mulut yang manis dalam bertutur kata.
3.       Salomak Kuniang/ Nasi Kuning, Sama halnya dengan samani, salomak kuniang juga terbuat dari beras pulut,hanya saja warnanya kuning karena dikasih air kunyit,ini mempunyai filosofi agar si anak kelak sejuk dan indah dipandang mata sebagaimana warna kuning pada salomak kuniang tersebut.
4.       Botiah Putiah ialah makanan yang terbuat dari padi yang di rendang,Botiah ini mempunyai karakter sangat ringan,ini mengandung filosofi agar kelak si anak menjadi seseorang yang ringan tangannya dan suka membantu sesama.
5.       Beras mempunyai filosofi agar si anak kelak hatinya bersih dan putih sebagaimana putihnya warna beras.
6.     Sapuluik/ Beras Pulut. Ketan atau Beras pulut jika dimasak akan mengeluarkan getah,ini mempunyai filosofi agar si anak kelak juga mempunyai getah atau daya tarik dalam pergaulan atau suka bergaul dengan orang lain dan orang lainpun suka bergaul dengannya.
Semua syarat tersebut diletakkan dalam piring yang berukuran besar lalu dibawa serta dalam mengarak si anak dari rumah ke pincuran. Sampai di pincuran sebelum si anak dimandikan terlebih dahulu lidi gilo yang sudah ditusukan ke jeruk purut dipukulkan ke pincuran dengan tujuan mengusir setan yang mungkin ada di pincuran tersebut,ini merupakan syariatnya saja namun pada hakikatnya ialah berlindung kepada Allah SWT agar dijauhkan dari syetan dengan membaca `A`uzubillah.
Setelah itu barulah si anak dimandikan lansung di pincuran tanpa menggunakan ember atau gayung dan peralatan mandi si yang biasanya,inilah yang dinamakan "Mandi Pincuan" karena si anak dimandikan di pincuran sebagaimana orang dewasa mandi di pincuran pada umumnya. Kemudian setelah si anak selesai dimandikan lalu diarak lagi dari pincuran menuju ke rumah sepanjang perjalanan batiah putiah tadi diserakkan sebagai tanda telah belansungya acara tersebut. Sampai di rumah si anak dipakaikan pakain sambil menunggu prosesi selanjutnya yaitu prosesi menyapih anak yang sekaligus prosesi memotong rambut si anak yang akan dilakukan oleh orang siak atau orang yang paham ilmu agama.(Zulfahmi Alfian)

Narasumber: Bpk Effendi,Angku ampek Bodi Caniago


Post a Comment

Copyright © SUNGAI PATAI. Designed by OddThemes