Batuk merupakan satu penyakit yang
disebabkan oleh perubahan cuaca atau debu. Namun batuk di Minangkabau mempunyai
fungsi sebagai kode. Batuk kode ini bukan batuk yang sebenarnya atau batuk
penyakit. Rumah Gadang dianggap rumah
suci. Oleh karena itu berlaku tata krama dalam berperilaku di Rumah Gadang.
Bila ingin ke Rumah Gadang, setiap orang harus membasuh kakinya terlebih
dahulu. Biasanya di bawah tangga disediakan sebuah batu ceper yang lebar yang
disebut Batu Talapakan.
Di samping batu talapakan tersedia tempat air dari batu
yang disebut Cibuak Mariau. Untuk mengambil air dari dalam cibuak, digunakan
timba yang terbuat dari kayu yang bernama Tariang Bapanto. Aktifitas di Rumah
Gadang memiliki tata krama tertentu seperti cara duduk, cara berbicara, berbuat,
dan bertindak. Laki- laki duduk bersila, perempuan duduk bersimpuh, Mamak rumah
duduk membelakangi dinding depan dan menghadap ke ruang tengah/bilik.
Tata krama adalah kebiasaan sopan santun
yang disepakati dalam lingkungan pergaulan masyarakat setempat. Istilah tata
krama terdiri dari kata tata dan krama. Tata artinya adat, aturan, norma, atau
peraturan. Krama artinya sopan-santun, kelakuan, tindakan, atau perbuatan.
Jadi, secara etimologis tata krama berarti adat sopan-santun atau kebiasaan sopan-santun. Tata
krama terdapat dan diperlakukan dimana saja, dahulu sekarang dan yang akan
datang. Pengalaman menunjukkan bahwa tata krama dapat menciptakan kebaikan,
keselarasan, kedamainaan, kebahagiaan dan keselamatan.
Di Minangkabau, ketika seorang mamak
(paman) hendak berkunjung ke kediaman kemenakannya, teryata begitu sampai di
halaman rumah nan gadang (rumah gadang) tidak langsung saja menaiki jenjang dan
mengetuuk pintu. Melainkan ada tata kramanya, dimana si mamak mesti berdiam dulu sejenak melihatsituasi,
selanjutnya berputar agak dua kali mengelilingi pekarangan rumah sembari
menghela seutas daun kelapa kering. Seandainya sipenghuni rumah tidak ada
tampak disekitar pekarangan, sang mamak kembali berdiri di depan seraya
butuk-batuk kecil. Setelah ada sahutan dari dalam rumah dan mempersiahkan
masuk, barulah mamak tersebut menaiki jenjang menuju pintu beranda.
Sebelum naik ke rumah gadang biasanya
para tamu akan batuk terlebih dahulu ketika sampai di tangga,batuk ini bukanlah
batuk sungguhan batuk ini ialah batuk kode atau tanda bahwa adanya orang yang
mau bertamu ke rumah gadang tersebut . Batuk ini bertujuan jika ada penghuni
rumah gadang yang berpakain kurang sopan biar memperbaiki pakaianya terlebih
dahulu,dan jika ada penghuninya yang lagi membicarakan sesuatu hal yang rahasia
supaya dia menghentikan dulu pembicaraanyan untuk sementara waktu. Naik ke
rumah gadang bagi tamu laki-laki mendehem atau batuk-batuk kecil, sedangkan
bagi tamu perempuan berteriak memanggil nama tuan rumah. Sampai di tangga rumah
Gadang di situ tersedia air untuk cuci kaki.
Setelah batuk satu kali atau dua kali di
tangga lalu berdiri agak sesaat dengan tujuan memberi waktu kepada penghuni
rumah gadang untuk mempersiapkan diri menerima tamu, baru kemudian naik tangga
dan mengucapkan salam ketika sampai di pintu, begitulah ketinggian adab dan
sopan orang minang.
Demikian benar kepribadian orang
Minangkabau, meskipun dilingkungan keluarga sendiri tetap berusaha
bertata-krama dan beradat. Kalangan perempuan di Minangkabau disebut limpapeh
rumah nan gadang, kehormatan sesuatu kaum juga tertompang di pundak kaum
perempuan, mereka sekaligus akan menjadi pewaris pusako secara turun-temurun
menurut garis keturunan ibu (matrilinier).
Rumah Gadang selain tempat dibesarkannya anak-anak Minangkabau juga
menjadi tempat beradat, sekaligus tempat dilangsungkannya upacara adat
dilingkungan kaum. Mamak disuatu kaum
atau suku juga disebut tunganai Rumah na Gadang, berhak mengambil keputusan
bila itu diharuskan.
Post a Comment