Social Follow

Kontribusi

Tulisan ini sepenuhnya hanya untuk memberikan informasi tentang Nagari Sungai Patai kecamatan Sungayang. Tulisan-tulisan yang di Blog ini secara keseluruhan represenatif akan tetapi tulisan-tulisan yang berada dalam sudut pandang penulis tanpa mengabaikan fakta-fakta yang ada.Bagi yang ingin berkontribusi silakan kirim tulisan ke silatsungaipatai@gmail.com tema tulisan meliputi Sejarah, Budaya, maupun hal unik yang ada di Sungai Patai. kami juga menerima tulisan yang berkenaan dengan Sungai Patai dimanapun berada.Semoga Bermafaat.

Instagram

Search This Blog

Blog Archive

Stay Connected

Sidebar Ads

Pages

Pinjik : Lampu Togok Sungai Patai

Ketersediaan listrik di Indonesia belum merata. Walaupun listrik sudah menjadi kebutuhan penting dalam kehidupan masyarakat. Sebelum listrik masuk ke daerah-daerah di Indonesia masyarakat mengunakan penerangan dengan lampu minyak. Lampu minyak ini penyebutan setiap daerah tentu berbeda-beda, ada yang menyebut lampu dinding, dama, lampu togok bahkan ada juga yang meyebut dengan pelito. Sungai Patai yang mendapatkan listrik pada decade 70-an juga mengunakan lampu togok sebagai alat penerangan, namun penyebutannya bukan lampu togok, dama adau lampu dinding masyarakat menyebutnya dengan Pinjik.
Lampu dinding ala Sungai Patai disebut dengan pinjik. Penyebutan pinjik untuk lampu dinding ini menjadi ciri khas bahaasa Sungai Patai. Kosa kata pinjik juga menjadi kata kunci bagi seorang yang pernah belajar silat Sungai Patai di Nagari Sungai Patai. Sebagai informasi dulu orang belajar silat tengah malam dan mengunakan pinjik sebagai alat penerangan. Sehingga menjadi memori bagi orang yang pernah merasakan pinjik sebagai lampu minyak.
Penggunaaan kosa kata pinjik sebagai pembuka cerita dengan tuo silek yang pernah belajar silat di Sungai Patai. Pengunaan kata pinjik ini bukan maksud menghina atau merendahkan nagari Sungai Patai namun ini menjadi pembuka cerita dalam percakapan agar dapat menyambung.
Pinjik lampu togok Sungai Patai (Zulfahmi)
Keberadaan pinjik zaman sekarang ini bisa jadi diibaratkan pejuang yang terlupakan. Pinjik sudah kalah saing dengan lilin, atau lampu cas. Pinjik bukan cara instan untuk penerangan, tidak praktis lilin atau lampu cas. Mungkin di daerah Sungai Patai tempat pengunaan kosa kata pinjik ini sudah jarang di pakai. Apa lagi sudah kalah saing.
Penyebutan pinjik ini juga sebenarnya lebih terfokus pada lampu minyak yang berukuran kecil. Pinjik mempunyai cerita tersendiri bahkan bisa mengocok perut. Jika lampu listrik mati, atau pondok tengah sawah mengunakan pinjik sebagai penerangan maka bersiap siaplah membersihkan lubang hidup di pagi hari karena hitam terhirup asap pembakaran sumbu pinjik.
Pinjik mewakili kalangan menengah kebawah, tingkatan paling tinggi sebagai alat penerangan sebelum listrik masuk desa adala Lampu strongkeng. Dulu setiap orang mampu membeli pinjik namun belum tentu mapu membeli lampu strongkeng. Strongkeng hanya dimiliki oleh orang tertentu atau surau-surau yang ada di Sungai Patai. Selain itu, cara menghidupkannya membutuhkan keahlian khusus.Lampu Stronkeang,lampu strongkeang biasanya dipakai pada acara-acara keramain atau acara kenduri karena lampu ini lebih bagus cahaya dibandingkan lampu yang lain yang sejenis.
Pinjik pada hakikatnya mempunyai filosofi. Di puji ketika kegelapan dan di tinggal ketika penerangan. Menjadi penerang dikala gelap. Tidak marah ketika ditinggal setelah terang. Pinjik mewakili kesederhanaan di tengah gemerlap dunia.

Post a Comment

Copyright © SUNGAI PATAI. Designed by OddThemes