Social Follow

Kontribusi

Tulisan ini sepenuhnya hanya untuk memberikan informasi tentang Nagari Sungai Patai kecamatan Sungayang. Tulisan-tulisan yang di Blog ini secara keseluruhan represenatif akan tetapi tulisan-tulisan yang berada dalam sudut pandang penulis tanpa mengabaikan fakta-fakta yang ada.Bagi yang ingin berkontribusi silakan kirim tulisan ke silatsungaipatai@gmail.com tema tulisan meliputi Sejarah, Budaya, maupun hal unik yang ada di Sungai Patai. kami juga menerima tulisan yang berkenaan dengan Sungai Patai dimanapun berada.Semoga Bermafaat.

Instagram

Search This Blog

Blog Archive

Stay Connected

Sidebar Ads

Pages

Tuangku Abdul Rahman : Pahlawan Perang Belasting Sungai Patai

Silat sudah menjadi bagian penting di Minangkabau untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Hal ini telah dilakukan oleh seorang Pandeka dai Sungai Patai yaitu Tuangku Abdul Rahman. Dia adalah murid tertua dari Tuangku Gaduik, pembawa aliran silat sungai patai. Pada awalnya murid dari tuangku Gaduik terdiri dari 14 orang dan tidak hanya dari sungai patai.

Tuangku Abdul rahman mengunakan silat sungai patai sebagai alat bela diri untuk melawan Belanda dalam menentang Belasting (Pajak). Perang melawan penentapan pajak dikenal dengan Perang Belasting atau Perang Pajak. Perang ini terjadi akibat protes masyarakat Minangkabau terhadap Belanda karena membebankan pajak terhadap individu. Penerapan perang Belasting ini akibat gagal pelaksanaan tanam paksa kopi oleh Belanda di Minangkabau.
Tahun-tahun ini juga merupakan masa berjangkitnya dan meluasnya organisasi- organisasi politik pribumi, suatu masa dimana gerakan- gerakan berkembang, dan pengaruhnya terasa berlanjut sampai dengan masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sistem yang dibicarakan disini, kemudian adalah sumber utama bagi keuntungan pemerintah di daerah itu antara tahun 1847, sepuluh sesudah perang Paderi berakhir dan tahun 1908, waktu timbulnya pemberontakan anti pajak.
Hampir semua daerah menentang pajak yang di tetapkan oleh Belanda. Perang Belasting yang terkenal di Kamang, Agam. Di Sungai Patai, Perang Belasting di pimpin oleh seorang Ahli Silat sungai Patai yakni Tuangku Abdul Rahman, Dia adala salah satu dari 14 murid pertama Angku Gaduik, pembawa aliran silat Sungai patai.
Semenjak di keluarknya undang-undang pajak (Belasting) oleh Belanda. Tuangku Abdul Rahman memanggil kawan seperguruannya agar melakukan perlawanan terhadap Belanda. Diantara murid- muridnya yaitu Sultan Taher dari Jambi, Siti Hajir dari Lintau, Datuk Saliguri dari Padang Luar.
Pelaksanaan rencana untuk melakukan penyerangan Belanda di Van der Cappelen beliau mengadakan rapat di sungai patai tepatnya Sawah tangah. Dari rapat tersebut dibuat keputusan untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda dan mengirim utusan ke Kamang. Utusan yang di utus adalah Pandekan Muhammad Zen dan Pandeka Salimat.
Anggota rapat dari Lintau yaitu Siti Hajir menyampaikan keputusan rapat di sungai patai kepada angku Qadhi agar Belating yang telah di setor diminta kembali.  Sehingga terjadi perang Lintau yang di pimpin oleh Siti Hajir.
Namun di Sungai Patai sendiri, Belasting belum diberlakukan. Upaya penyerbuan Van der Cappelen telah dipersiapkan secara matang. Para murid Tuangku Abdul Rahman telah berlati silat, menyiapkan kapak, parang dan senjata-senjata buatan Lintau. Senjata dari Lintau di jemput langsung oleh Pandeka Angku IV ajo sebanyak 30 buah parang.
Ferdi Rizal Arifin “Sejarah Nagari Sungai Patai” (Palembang : Tanpa penerbit, 26 Mei 2003)
(tulisan ini diketik ulang dari Hasil Team Redaktur pelitian sejarah nagari sungai patai yang dipimpin langsung oleh Wali nagari Sungai Patai Masa 2003 yaitu Dt. Paduko Jalelo dengan team)

bersambung…..


Post a Comment

Copyright © SUNGAI PATAI. Designed by OddThemes