Social Follow

Kontribusi

Tulisan ini sepenuhnya hanya untuk memberikan informasi tentang Nagari Sungai Patai kecamatan Sungayang. Tulisan-tulisan yang di Blog ini secara keseluruhan represenatif akan tetapi tulisan-tulisan yang berada dalam sudut pandang penulis tanpa mengabaikan fakta-fakta yang ada.Bagi yang ingin berkontribusi silakan kirim tulisan ke silatsungaipatai@gmail.com tema tulisan meliputi Sejarah, Budaya, maupun hal unik yang ada di Sungai Patai. kami juga menerima tulisan yang berkenaan dengan Sungai Patai dimanapun berada.Semoga Bermafaat.

Instagram

Search This Blog

Blog Archive

Stay Connected

Sidebar Ads

Pages

IKSP Batam Badua

Satinggi – tinggi tabangnyo bangau pulangnyo ka kubangau juo
Sajauh – jauh denai marantau namun kampuang den kana juo
Nan duo Gurindaman sairing
Karatau madang dihulu, Babuah babungo balun
Marantau bujang dahulu, Diruamah paguno balun.
Nan katigonyo jan sampai tingga
Hujan ameh di nagri urang, hujan batu dinagari awak
namun kampuang den jalang jua.
Kerinduan sesama perantau akan kampung halaman dan bernostalgia dengan hal-hal yang berkaitan dengan Sungai Patai, mulai dari bahasa sampai kekayaan kuliner sungai patai yang jarang mereka temui di perantauan. dari sana lah timbul sebuah ikatan kekeluargaan.
Doc Zulfahmi
Tak jarang pula, pelepasan kerinduan akan kampung halaman dengan memutar music Minang. Saya teringat dengan gempa di tahun 2009, beberapa orang perantau yang saya temui mereka merasakan duka, pilu yang sangat dalam ketika kampung halamannya hancur lebur oleh gempa dengan sayatan music saluang. Seakan-akan rasanya saya ingin pulang detik itu juga.
Ada juga yang menangis, ketika gema takbir saling bersautan, sejenak pikiran melayang terbayang kampung halaman, orang tua, sahabat kecil atau pun panorama kampung yang indah.
Seperti itulah kerinduan tentang kampung halaman .
Rantau, sebuah daerah baru yang sebagai tempat dimana untuk mencari penghidupan, menuntun ilmu atau sekedar pelarian pahitnya hidup dikampung halaman. Merantau sudah menjadi tradisi bagi orang Minangkabau. Dari dalulu sampai sekarang orang Minangkabau terkenal dengan budaya merantau. Lebih dari 75 % dari perantau minang yang merantau sudah dikatakan berhasil di perantauan. Di tinjau dari aspek pembagian wilayah Minangkabau terbagi dalam 2 wilayah yaitu darek yang tediri dari daerah luhak yang menjadi pemimpin adalah penghulu dan daerah rantau yang terdiri dari pengembangan wilayah darek. Dari zaman dahulu darek dan rantau tidak bisa di pisahkan. Menurut tambo alam Minangkabau Mulai dari zaman prasejarah sampai abad ke-17 daerah rantau Minangkabau terdiri dari wilayah Tapanuli selatan sekarang, sebagian Riau, Jambi dan Bengkulu dan negeri sembilan di semenanjung mayala. Wilayah rantau Minangkabau sudah berkembang  dari masa ke masa yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. 
Doc Zulfahmi
Rasa kebersamaan, rasa kekeluargaan sehingga setiap daerah membuat ikatan keluarga perantauan. Pada umumnnya perantau ini berkumpul untuk memupuk rasa kebersamaan. Seperti halnya yang dilakukan oleh Ikatan Keluarga Sungai Patai (IKSP) Batam. Menjelang Ramadhan setiap tahun mereka mengadakan semacam pertemuan untuk mempererat tali silaturahmi atau Badua ketek-ketek sesama perantau. Juga perantau Sungai patai yang ada di Riau lainnya mereka mengadakan arisan untuk saling berkumpul.
Kerinduan akan kampung halaman membuat dilepaskan dengan aneka makanan yang khas dari kampung halamam seperti Lopek, kubang Bareh yang setiap menyambut Ramadhan bias mereka temui dikampung halaman.
 “Jika ingin merasakan bagaimana indahnya kampung halamamanny maka pergilah merantau, di rantau kamu akan bangga dengan tanah kelahiranmu”

  

Post a Comment

Copyright © SUNGAI PATAI. Designed by OddThemes