Social Follow

Kontribusi

Tulisan ini sepenuhnya hanya untuk memberikan informasi tentang Nagari Sungai Patai kecamatan Sungayang. Tulisan-tulisan yang di Blog ini secara keseluruhan represenatif akan tetapi tulisan-tulisan yang berada dalam sudut pandang penulis tanpa mengabaikan fakta-fakta yang ada.Bagi yang ingin berkontribusi silakan kirim tulisan ke silatsungaipatai@gmail.com tema tulisan meliputi Sejarah, Budaya, maupun hal unik yang ada di Sungai Patai. kami juga menerima tulisan yang berkenaan dengan Sungai Patai dimanapun berada.Semoga Bermafaat.

Instagram

Search This Blog

Blog Archive

Stay Connected

Sidebar Ads

Pages

Pesan Dari Bumi Cendrawasih

Selalu pelihara mimpimu karena mimpi itu akan membawamu terbang dan berilah  sayap mimpimu itu dengan doa dan usaha. Kuatkanlah otot-otot mimpimu dengan keyakinan.
Bermimpilah maka mimpi itu akan membawa kemana dirimu akan pergi. Kisah ini dari catatan pribadi anak Sungai patai yang menginjkkan kakinya di bumi Cendrawasih. Tanah yang elok dan surganya Indonesia. Dia pergi ke tanah Papua tahun lalu dengan membawa sejuta harapan . hingga Saat ini dia sudah mampu membantu orang tua, keluarga dan orang-orang sekitarnya.
Kisah ini dimulai 7 tahun lalu. Dia seorang pemudah tangguh ditengah kerasnya hidup. Seorang pemuda tamat SMA asal sungai patai yang berani bermimpi.  Waktu itu, saat teman-teman sebaya sudah kuliah, ia hanya jadi penggangguran dan berharap dari hasil tani. Di dalam hatinya ingin seperti teman-temannya, Ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.  Dia pengen kuliah tetapi kendala klasik selalu saja mengintai siapapun termasuk dirinya. Ya... terkendala biaya.
Dari atas bukit, Hujan menguyur nagari Sungai Patai. Hujan seakan-akan mencerahkan dirinya, mengalirkan air harapan ditubuhnya. Saat dia sedang mengambil ajir/ tonggak untuk memapah tanamannya. Dia temenung, dalam hati dia berkata “teman-temanku sedang asik belajar di bangku kuliahan. Sedangkan aku, hanya seorang petani, jika aku tidak kuliah,mungkin selamanya aku akan menjadi petani, (memang pendidikan tidak menjamin sukses seseorang tetapi pendidikan adalah cara terbaik menggapai kesuksesan)” kalimat ini selalu mengiang-ngiang dalam pikirannya.
Tekadnya sudah bulat. Dia harus kuliah karena pendidikan adalah salah satu cara untuk mencapai kesuksesan. Dia memutuskan untuk kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Batusangkar. Kampus yang dia tuju ini tidak jauh dari kampungnya. Dia berfikir, ditempat inilah dia memulai mimpinya. Alasannya sederhana, dia bisa kuliah tanpa meninggalkan aktivitas dan rutinitasnya sehari-hari bertani.  Karena baginya hasil bertani inilah menopang untuk melanjutkan kuliah.
Waktu terus berjalan, hingga sampailah ia pada semester 6. Pengetahuannya terus bertambah, cakrawalanya terus melebar.  Sehingga mempengaruhi plo pikirnya tentang pendidikan. Dia berfikir untuk melanjutkan ke strata 2 (S2). Ini bukan tentang keserakahan, ini tentang Ilmu, toh Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan untuk menuntut ilmu dari buaian sampai liang lahat. Hadist nabi Muhammad SAW ini juga memotvasinya untuk mengapai pendidikan lebih tinggi.
Saat kuliah pun kehidupannya tidak berjalan mulus-muls saja. Ada-ada saja kendala yang dia hadapi. Dia masih ingat ketika akan pergi berangkat kuliah, dia hanya membawa uang Rp.1000 ke kampusnya. Hanya cukup membeli bakwan atau makan kecil dikampus. Namun dia tetap saja pergi kuliah karena baginya uang sedikit tidak menghalanginya untuk bermimpi
Di kampungnya pilihan hidup untuk sukses tidaklah banyak. Cara terbaiknya adalah merantau. Karena di kampung pendapatan utama hanya dari hasil bertani. Tidak lebih dari itu. Dia ingin sukses bahkan dia ingin melanjutkan pendidikan ke Strata 2. Alasanya sederhana, dia ingin sukses yang berbeda dengan orang kebanyakan.  Akhirnya dia mengumpulkan uang hasil pertaniannya. Tujuannya cuma satu agar dapat masuk S2.
Namun , Ia sedikit lengah, karena kesibukan bertaninya hampir saja melupakan tujuan dan arah yang sudah dia bangun sejak remaja dulu. Orang-orang heran melihat dia tetap saja berkerja membuat bedengan ladang mentimun di sawah padahal sedang ujian semeter. Pada saat itu dia telat mengikuti ujian. Orang-orang sekitarnya tahu bahwa dia ingin melanjutkan pendidikan lebih tinggi. Sehingga orang-orang  pun bilang, “kamu masih ingin kuliah atau tidak, kalau kamu kuliah kenapa kamu tidak seperti yang lain, yang menghabiskan waktunya di kampus” Kalimat itu menyadarkan dirinya. Dalam hati pemuda itu bilang saya ini kuliah dan harus tamat. Kata-kata itu seperti sebuah cambukan baginya. Memang sedikit diluar perkiraannya. Ia menyelesaikan pendidikannya 5 tahun. Mimpi tentang Pendidikan lebih tinggi pun pudar karena telat menyelesaikan S1.
Pada saat itu, dia tidak lagi berfikir bagaimana melanjutkan S2. Tetapi ia berfikir bagaimana saya bisa kerja. Dia memutuskan utuk mencari pekerjaan. Akhirnya ia mendaftar pada salah 1 perusahaan minyak. Sayang sekali ternyata itu tipuan. Dia masih ingat beberapa kali gagal. Dia gagal 2 kali mendaftar di PLN. Namun, kegagalan demi kegagalan tidak menyurutkan niatnya,  ia mencoba lagi mendaftar pada sebuah perusahaan jasa konsultan keuangan. Berkat doa dan usaha akhirnya diterima.
Awalnya ada keraguan  dalam diriku. “bagaimana kalau saya di tipu lagi” tetapi ia ingat dengan mimpinya 7 tahun lalu.  Dengan modal nekat dan membawa bekal seadanya ia berangkat ke Papua sendiri, dengan memegang 1 prinsip " mencoba memang tak mengapa, tetapi mengapa aku tak mencoba",
Jika teman-teman bertanya apakah kamu malu dengan keadaan demikian. Jujur saya jawab malu pada waktu itu bahkan kuku tangan dan kaki saya hitam. Tidak terlihat seperti orang kuliah kebanyakan yang rapi. Tetapi hari ini, pengalaman itulah yang  membuat aku bangga. Jika pertanyaan itu diajukan pada hari ini, aku bangga dengan latar belakangku. Kalau tidak karena kuku hitam, tangan hitam karena sengatan matahari, kalau tidak karena bertani aku tidak akan menjadi seorang seperti ini. Jauh jarak dengan kampung halaman tidak lah sejauh mimpi yang ingin akau gapai. Perjalanan panjang nan berliku, tanjakan dan turun dalam perjalan hidup ini menjadi ingatan  dan membuat aku selalu melihat kebawah.

“untuk adek-adek di kampungku, beranilah bermimpi, awalnya sebuah cemoohan, tetapi akhirnya akan jadi sebuah pujian”

Post a Comment

Copyright © SUNGAI PATAI. Designed by OddThemes