Selalu pelihara mimpimu karena mimpi itu akan membawamu
terbang dan berilah sayap mimpimu itu
dengan doa dan usaha. Kuatkanlah otot-otot mimpimu dengan keyakinan.
Bermimpilah maka mimpi itu akan membawa kemana dirimu akan
pergi. Kisah ini dari catatan pribadi anak Sungai patai yang menginjkkan
kakinya di bumi Cendrawasih. Tanah yang elok dan surganya Indonesia. Dia pergi
ke tanah Papua tahun lalu dengan membawa sejuta harapan . hingga Saat ini dia sudah
mampu membantu orang tua, keluarga dan orang-orang sekitarnya.
Kisah ini dimulai 7 tahun lalu. Dia seorang pemudah tangguh
ditengah kerasnya hidup. Seorang pemuda tamat SMA asal sungai patai yang berani
bermimpi. Waktu itu, saat teman-teman
sebaya sudah kuliah, ia hanya jadi penggangguran dan berharap dari hasil tani.
Di dalam hatinya ingin seperti teman-temannya, Ingin melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi. Dia pengen kuliah tetapi kendala klasik
selalu saja mengintai siapapun termasuk dirinya. Ya... terkendala biaya.
Dari atas bukit, Hujan menguyur nagari Sungai Patai. Hujan
seakan-akan mencerahkan dirinya, mengalirkan air harapan ditubuhnya. Saat dia
sedang mengambil ajir/ tonggak untuk memapah tanamannya. Dia temenung, dalam
hati dia berkata “teman-temanku sedang asik belajar di bangku kuliahan. Sedangkan
aku, hanya seorang petani, jika aku tidak kuliah,mungkin selamanya aku akan menjadi
petani, (memang pendidikan tidak menjamin sukses seseorang tetapi pendidikan
adalah cara terbaik menggapai kesuksesan)” kalimat ini selalu mengiang-ngiang
dalam pikirannya.
Tekadnya sudah bulat. Dia harus kuliah karena pendidikan
adalah salah satu cara untuk mencapai kesuksesan. Dia memutuskan untuk kuliah
di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Batusangkar. Kampus yang dia tuju
ini tidak jauh dari kampungnya. Dia berfikir, ditempat inilah dia memulai
mimpinya. Alasannya sederhana, dia bisa kuliah tanpa meninggalkan aktivitas dan
rutinitasnya sehari-hari bertani. Karena
baginya hasil bertani inilah menopang untuk melanjutkan kuliah.
Waktu terus berjalan, hingga sampailah ia pada semester 6. Pengetahuannya
terus bertambah, cakrawalanya terus melebar. Sehingga mempengaruhi plo pikirnya tentang
pendidikan. Dia berfikir untuk melanjutkan ke strata 2 (S2). Ini bukan tentang
keserakahan, ini tentang Ilmu, toh Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan untuk menuntut
ilmu dari buaian sampai liang lahat. Hadist nabi Muhammad SAW ini juga memotvasinya
untuk mengapai pendidikan lebih tinggi.
Saat kuliah pun kehidupannya tidak berjalan mulus-muls saja.
Ada-ada saja kendala yang dia hadapi. Dia masih ingat ketika akan pergi
berangkat kuliah, dia hanya membawa uang Rp.1000 ke kampusnya. Hanya cukup membeli
bakwan atau makan kecil dikampus. Namun dia tetap saja pergi kuliah karena
baginya uang sedikit tidak menghalanginya untuk bermimpi
Di kampungnya pilihan hidup untuk sukses tidaklah banyak. Cara
terbaiknya adalah merantau. Karena di kampung pendapatan utama hanya dari hasil
bertani. Tidak lebih dari itu. Dia ingin sukses bahkan dia ingin melanjutkan
pendidikan ke Strata 2. Alasanya sederhana, dia ingin sukses yang berbeda
dengan orang kebanyakan. Akhirnya dia
mengumpulkan uang hasil pertaniannya. Tujuannya cuma satu agar dapat masuk S2.
Namun , Ia sedikit lengah, karena kesibukan bertaninya
hampir saja melupakan tujuan dan arah yang sudah dia bangun sejak remaja dulu. Orang-orang
heran melihat dia tetap saja berkerja membuat bedengan ladang mentimun di sawah
padahal sedang ujian semeter. Pada saat itu dia telat mengikuti ujian. Orang-orang
sekitarnya tahu bahwa dia ingin melanjutkan pendidikan lebih tinggi. Sehingga orang-orang
pun bilang, “kamu masih ingin kuliah
atau tidak, kalau kamu kuliah kenapa kamu tidak seperti yang lain, yang menghabiskan
waktunya di kampus” Kalimat itu menyadarkan dirinya. Dalam hati pemuda itu
bilang saya ini kuliah dan harus tamat. Kata-kata itu seperti sebuah cambukan
baginya. Memang sedikit diluar perkiraannya. Ia menyelesaikan pendidikannya 5
tahun. Mimpi tentang Pendidikan lebih tinggi pun pudar karena telat menyelesaikan
S1.
Pada saat itu, dia tidak lagi berfikir bagaimana melanjutkan
S2. Tetapi ia berfikir bagaimana saya bisa kerja. Dia memutuskan utuk mencari
pekerjaan. Akhirnya ia mendaftar pada salah 1 perusahaan minyak. Sayang sekali
ternyata itu tipuan. Dia masih ingat beberapa kali gagal. Dia gagal 2 kali
mendaftar di PLN. Namun, kegagalan demi kegagalan tidak menyurutkan niatnya, ia mencoba lagi mendaftar pada sebuah perusahaan
jasa konsultan keuangan. Berkat doa dan usaha akhirnya diterima.
Awalnya ada keraguan dalam diriku. “bagaimana kalau saya di tipu
lagi” tetapi ia ingat dengan mimpinya 7 tahun lalu. Dengan modal nekat dan membawa bekal seadanya
ia berangkat ke Papua sendiri, dengan memegang 1 prinsip " mencoba memang
tak mengapa, tetapi mengapa aku tak mencoba",
Jika teman-teman bertanya apakah kamu malu dengan keadaan
demikian. Jujur saya jawab malu pada waktu itu bahkan kuku tangan dan kaki saya
hitam. Tidak terlihat seperti orang kuliah kebanyakan yang rapi. Tetapi hari
ini, pengalaman itulah yang membuat aku
bangga. Jika pertanyaan itu diajukan pada hari ini, aku bangga dengan latar
belakangku. Kalau tidak karena kuku hitam, tangan hitam karena sengatan
matahari, kalau tidak karena bertani aku tidak akan menjadi seorang seperti
ini. Jauh jarak dengan kampung halaman tidak lah sejauh mimpi yang ingin akau
gapai. Perjalanan panjang nan berliku, tanjakan dan turun dalam perjalan hidup
ini menjadi ingatan dan membuat aku
selalu melihat kebawah.
“untuk adek-adek di kampungku, beranilah bermimpi, awalnya
sebuah cemoohan, tetapi akhirnya akan jadi sebuah pujian”
Post a Comment