Udara
malam di nagari Sungai patai terasa dingin, dingin menusuk sampai ke tulang karena teletak di
perbukitaan dan sudah mendekati kaki gunung sago. Selain itu nagari ini juga
berada di
perbatasan antara kab. Tanah Datar dengan Kab. Lima Puluh Kota. Semakin malam
cerita beberapa pemuda di Sungai Patai ngelantur kemana-mana, sampai beberapa
orang tua bercerita tentang perang. Peri-peri, itulah kalimat penyambung cerita
salah seorang tua yang duduk diantara pemuda. Orang tua berkisah tentang
pergolakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sungai patai.
berbekal
cerita tersebut kami mencoba untuk menelusuri bagaimana cerita PRRI nagari ini.
Pada awalnya kegiatan hiking pemuda ini hanya untuk sekedar hobi untuk
menikmati alam dan pemandangan di sungai patai. Berbekal cerita lapau, disusun
perencanaan untuk menelusuri goa PRRI dalam sebutan masyarakat dan aia buliuh.
Dua lokasi ini agak berdekatan dan dapat ditempoh dengan hari yang sama.
Sebenarnnya
ide untuk menelusuri Jejak PRRI, Wisata Alam aia Buliuh merupakan kegiatan
untuk meningkatkan hobi masyarakat terutama kaum muda Sungai Patai untuk
mengetahui lebih dalam tentang nagari mereka. Kegiatan bermaksud untuk
memperkenalkan Pemuda tentang tempat – tempat yang focus dalam
mendokumentasikan, merawat dan melestarikan peninggalan sejarah baik dalam
bentuk buku, foto, arsip dan media lainya.
Pada
saat persiapan, diskusi keberangkatan pada malam hari sehari sebelum
keberangkatan. Kapalo arak “ketua rombongan” mengumpulkan orang yang akan pergi
untuk berangkat ke lokasi yang dituju. Mulai dari menanyakan keadaaan medan
yang dilalui walaupun belum secara pasti. Yang ikut pergi adalah
1. Wilson ( da win )
2. Ronal Fenandes
3. Eko trisno
4. Rengga jendera
5. Dipo candra
6. Izon
7. Melki
8. Megi Ariska
9. Rahman
10. Riga prima
11. Afdol syukron
12. Alfi
13. iing
14. Nanda”bule”
Prediksi
cuaca yang kurang mendukung pada pagi menjelang keberangkantan sehingga
mengulur waktu keberangkatan, Jadwal keberangkatan semula direncanakan pada
pukul 8, akan tetapi karena kondisi pada pagi hari diguyur hujan maka di undur. Selama pengundungan jadwal
keberangkatan in dikumpulkanlah orang yang akan pergi berangkat sehingga
terkumpul 12 orang yang siap untuk berangkat. berangkat dengan jumlah anggota
14 orang. Perjalanan ke rimba tentunya tidak lepas dari semak belukar, namun
semuanya terbayar sudah ketika menemukan aia buluih (air yang masuk kedalam goa
yang tidak ada ujung).
A. Aia buluih
Keunikan
dari goa aia buluih ini adalah air yang mengalir kedalam goa yang sebesar
sungai akan tetapi tidak dapat ditelusuri ujungnya. Menurut cerita para pencari
sarang burung wallet, air ini mengalir sampai ke daerah koto Rajo kab. Ladang
Laweh Lima Puluh Kota. Menurut orang
Koto rajo yang didalam Goa ini ada semacam kolom besar di dalam goa jika masuk
dari Koto Rajo.
Ornament
goa menyerupai perjalan di pinggir tebing sungai. Goa ini tentunya cocok untuk
pera pecinta caving. Lebih kedalam
menikmati ornament goa seperti berjalan menelusuri sungai dengan
langit-langitnya seperti jembatan di Eropa.
B. Goa PRRI
PRRI
meninggalkan kesan yang mendalam hampir setiap orang yang hidup pada dekade
1960-an. Bersembunyi bagi setiap pelaku PRRI menjaga Syarat mutlak dari kejaran
tentara pusat dan OPR. Di Sungai patai ada sebuah goa yang terkenal dengan Goa
PRRI. Di dalam Goa ini ada sebuah ornemen goa seperti meja pimpong, sawah-sawah
semacam replica hamparan sawah hasil pembentukan goa. Kemudiaan msih dapat ditemui berapa
peninggalan lain seperti tunggu tempat memasak yang sering dipakai oleh pencari
sarang wallet tempat memasak dan susunan batu yang datar dan berbentuk berundak
– undak atau pondasi (Pamotuan dalam
bahasa Sungai Patai). (RVS)
Singgalang Minggu 22 Maret 2015
di ma tu pak..?
ReplyDeletedi arah ka ladang laweh sanak
ReplyDeleteSebagian urang bacarito kalau aia luluih jatuahnyo arah ka lintau? paralu survey labiah dalam
ReplyDelete