Social Follow

Kontribusi

Tulisan ini sepenuhnya hanya untuk memberikan informasi tentang Nagari Sungai Patai kecamatan Sungayang. Tulisan-tulisan yang di Blog ini secara keseluruhan represenatif akan tetapi tulisan-tulisan yang berada dalam sudut pandang penulis tanpa mengabaikan fakta-fakta yang ada.Bagi yang ingin berkontribusi silakan kirim tulisan ke silatsungaipatai@gmail.com tema tulisan meliputi Sejarah, Budaya, maupun hal unik yang ada di Sungai Patai. kami juga menerima tulisan yang berkenaan dengan Sungai Patai dimanapun berada.Semoga Bermafaat.

Instagram

Search This Blog

Blog Archive

Stay Connected

Sidebar Ads

Pages

Tolak Bala Ala Sungai Patai

Apa yang ada pikirkan ketika tinggal orang tua, tentu sedih, bahkan bias menangis mengenal orang tua yang  meninggal. Kasih sayang yang selama ini didapat dari orang tua hanya tinggal kenangan saja. Banyak kasus yang tersiar di media anak-anak yatim atau piatu yang terlantarkan karena tidak ada yang mengurusnya. 

Beruntunglah bagi anak yatim atau piatu yang tinggal didaerah yang jiwa social masyarakatnya masih terpelihara. Masyarakat yang nuraninya masih mengamalkan ayat al Quran dan Hadist tentang keutamaan mengurus anak yatim atau piatu. Salah satunya nagari Sungai Patai. Di Sungai patai, anak yatim atau piatu mendapatkan pengurusan lebih oleh orang-orang disana karena takut tergolong pada orang-orang yang mendustakan agama.
Documentasi Feri (wali jorong)
Pada periode tertentu, masyarakat sungai Patai mengadakan acara tolak bala ala nagari sungai patai. Acara tolak bala ini melibatkan segala elemen masyarakat. Agenda ini menjadi semacam “alek” nagari. Anak yatim atau piatu menjadi “actor utama” karena masyarakat menamakan acara ini dengan arak-arak anak yatim. Sekilas rangkaian acara ini tertuju pada anak yatim atau piatu. Melibatkan anak yatim dari acara ini tujuan untuk menghibur mereka.
Pengalaman penulis mengikuti acara ini waktu melaksanakan acara didikan subuh setiap pagi Minggu, masyarakat dibagi menjadi 2 kelompok untuk bertahlil, tahmid berkeliling nagari. Kesetaraan, sama rata, sama rasa menjadi filosofi dalam acara ini. Medan yang dilalui untuk anak-akan umur kurang dari 12 tahun mungkin sangat susah. Melalui bukit, sawah, dan keletihan sama-sama dirasakan.
Kaum ibu-ibu tidak ketinggalan untuk mengikuti acara ini, mereka mengantarkan nasi yang sudah dibungkus ke Mesjid. Nasi ini tidak diberi lauk pau hanya nasi putih. Di Mesjid, kaum bapak-bapak sudah mempersiapkan gulai kambing yang telah dimasak sebagai sambal dari nasi yang diantarkan oleh ibu-ibu.
Arak-arak anak yatim ini dibagi menjadi 2 kelompok, dengan rute yang telah disiapkan. Tidak ada batasan setiap orang dalam kelompok tersebut, peserta arak-akak ini kebanyakan anak-anak. Setiap rute dipimpin oleh salah serang alim-ulama yang mengomandoi pembacaan ayat-ayat al Quran, takbir, tahlil tahmid. Setiap rute arak-arak anak yatim ini tidaklah mudah karena akan menyusuri bukit sawah bahkan menyeberang sungai. Namun, ada satu titik dimana kedua kelompok dalam rute ini akan bertemu dan menuju ke Mesjid. Di Masjid telah ditunggu oleh pengurus yang sudah mempersiapkan nasi bungkus dengan gulai kambing yang akan dibagikan kepada para peserta arak-arak anak yatim ini.

Hanya kebersamaan, kesetaraan, senasib se-penanggungan dan tentunya sama-sama berdoa agar nagari yang di Cintai ini terhindar dari musibah. (Peri/man)

Post a Comment

Copyright © SUNGAI PATAI. Designed by OddThemes