Social Follow

Kontribusi

Tulisan ini sepenuhnya hanya untuk memberikan informasi tentang Nagari Sungai Patai kecamatan Sungayang. Tulisan-tulisan yang di Blog ini secara keseluruhan represenatif akan tetapi tulisan-tulisan yang berada dalam sudut pandang penulis tanpa mengabaikan fakta-fakta yang ada.Bagi yang ingin berkontribusi silakan kirim tulisan ke silatsungaipatai@gmail.com tema tulisan meliputi Sejarah, Budaya, maupun hal unik yang ada di Sungai Patai. kami juga menerima tulisan yang berkenaan dengan Sungai Patai dimanapun berada.Semoga Bermafaat.

Instagram

Search This Blog

Blog Archive

Stay Connected

Sidebar Ads

Pages

Penghujung Sya`ban di Sungai Patai

Setelah lebih dari satu dasawarsa penulis tidak lagi menikmati bagaimana suasana meriahnya di Sungai Patai pada penghujung bulan Sya`ban atau saat-saat menyambut kedatangan Bulan Ramadhan. Masih terbayang dalam ingatan penulis bagaimana riang dan gembiranya warga kampung Sungai Patai dalam menyambut Bulan Ramadhan, anak-anak bermain dengan riang,
Ibu-Ibu bunda kanduang ada juo nan Gadih-gadih sibuk di dapurnya dan para pedagang sibuk melayani pembeli kebutuhan dapur. Para orang siak sibuk menghadiri undangan badua (semacam kenduri kecil-kecilan) semacam rasa syukur dan agar terhindar dari bala. berbagai aneka makanan yang ada mulai dari gulai, sambalado, randang, dendeng, sarikayo, lopek, kubang bareh, agar-agar dll. Sungguh suasana yang sangat menyejukkan hati ketika kita berada di Sungai Patai saat itu, akankah suasana menyambut Bulan Ramadhan seperti ini akan kita jumpai lagi?
Di Sungai Patai ada dua hari spesial sebelum memasuki Bulan Ramadhan, pertama pada dua hari sebelum Bulan Ramadhan hari ini dinamakan "Hari Mambantai",  kedua pada satu hari sebelum ramadhan hari ini dinamakan dengan "Hari Makan-Makan"
Hari Mambantai
Dua hari sebelum Bulan Ramadhan hari ini di Sungai Patai dinamakan dengan hari Mambantai karena pada hari ini dilaksanakan penyembelihan kerbau yang biasanya dilakukan pada dini hari sebelum waktu subuh. Kemudian daging kerbau ini akan dijual ke pasar kaget tahunan atau Balai Ambek yang terletak di pertengahan nagari Sungai Patai. Balai Ambek ini juga disebut dengan Lopou Tongah. Dalam menjual daging biasanya pasar ini hanya buka dua kali dalam setahun saja, pertama pada dua hari sebelum puasa kedua pada sehari sebelum lebaran.
Sementara itu para Petani ikan juga tidak mau kalah untuk berdagang sebelum Bulan Ramadhan, pada umumnya masyarakat yang mempunyai kolom ikan memanen ikannya atau malope tobek, mereka pada hari ini juga berbondong-bondong memanen kolom ikannya, baik untuk dijual maupun untuk di konsumsi sendiri. Semua aliran kolom selepas panen ikan dialirkan ke Sungai karena sangat banyak petani ikan yang memanen sehingga air sungai menjadi keruh karena kiriman lumpur dari kolom ikan yang dipanen. Dan yang tidak kalah menarik adalah ikan yang dipanen tidak hanya dapat ditangkap oleh pemilik kolam namun juga ada anak-anak yang menangkap ikan. Ada yang hanya sekedar untuk senang-senang, ada juga yang ingin menangkap ikan untuk dimakan.  
Bagi para petani ikan yang mau menjual ikan mereka pun membawa ke Balai Ambek, pasar disini memang ramai, lengkap dengan suasana keakraban dan kekeluargaan, canda tawa para pedagang dengan pembeli kadang membuat kita tertawa sendiri mendengarnya, itulah Sungai Patai, nagari yang ramah, penuh canda tawa, inilah yang membuat Penulis selalu rindu pada kampung halaman.
Belum lagi pemandangan di tepian tempat mandi, disini terlihat sangat ramai Ibuk-Ibuk membersihkan daging, Ikan, Ayam dan lain sebagainya, pokoknya pada hari ini suasana kampung berubah drastis, yang biasanya pada jam sembilan sudah sepi karena warga kampung sudah pergi ke sawah atau ke ladang, tapi hari ini beda, dimana-dimana kita lihat kesibukan, dimana-terlihat pembantaian/penyembelihan Ikan, Ayam, dan lain sebagainya.
Pemandangan seperti ini mungkin saja hanya kita jumpai di Sungai Patai , tidaklah kita jumpai di perkotaan ataupun di perantauan, jika di perantauan boleh dibilang tidak ada tanda-tanda mau masuknya Bulan Ramadhan tapi di Sungai Patai, sungguh sangat terasa, sungguh sangat berbeda.
Sebagai Nagari yang menganut sistim matriliner peran perempuan juga kental menjelang Bulan Ramadhan ini. Tradisi unik yaitu mengantarkan katiadiang atau bakul ke rumah Istri saudara laki-lakinya yg baru menikah(ughang baghu-baghu). Tradisi ini telah berkembang sejak lama, dalam katidiang berisi Daging kerbau, 1kg/2kg atau Lauak dalam bahasa Sungai Patai, Ikan Godang Saikuagh, Seekor ikan yang berukuran cukup besar biasanya ikan ini jenis ikan mas, ikan yang berukuran besar ini biasa juga disebut dengan ikan adat. Kenapa disebut dengan ikan adat karena ikan ini dipakai sebagai Induknya hidangan atau kapalo kanasi  dalam setiap alek baik itu acara yang berhubungan dengan adat, Kambiagh (Kelapa) sebagai bahan penting dalan membuat gulai kelapa tidak ketinggalan. Tidak menafikan bahwa strata sosial dan status seseorang masih bertahan di nagari Sungai Patai. Penentuan jumlah kelapa yang di bawa saat manjalang ughang baghu-baghu ini menentukan garis keturunan. Jumlah kelapa ini ditentukan oleh status seseorang dalam Masyarakat, jika Ia seorang penghulu kaum maka kelapa yang dibawa berjumlah sembilan buah. jika Ia orang biasa maka kelapa cukup dibawa tujuh buah saja. Ada makna yang tersimpan kenapa kelapa yang dibawa berbeda-beda jumlahnya. Secara logika, kalau nanti orang baru-baru ini akan mengadakan acara badua tentu mengundang orang yang lebih banyak, terakhir tidak lengkap rasanya jika tidak membawa bumbu masak yang lengkap atau Alat langkok-langkok dan bumbu masak lainya, seperti bawang, cabe, ketumbar,  dan sebagainya. Sampai di rumah istri bawaan ini diserahkan untuk dimasak oleh istri dari saudara laki-lakinya tersebut pada keesokan harinya si istri memanggil keluarga pihak suami untuk makan bersama ke rumah.
Pada dasarnya orang yang baru menikah telah mengeluarkan dana yang cukup besar untuk acara pernikahannya. Berjalannya tradisi ini agar orang yang baru menikah tidak kerepotan disaat menyambut Bulan Ramadhan. Hal semacam ini adalah bentuk kekerabatan dan mempererat tali silaturahmi antara Ipar Bisan menjelang Bulan Ramadhan. (Red/Zulfahmi Alfian).


Post a Comment

Copyright © SUNGAI PATAI. Designed by OddThemes