Social Follow

Kontribusi

Tulisan ini sepenuhnya hanya untuk memberikan informasi tentang Nagari Sungai Patai kecamatan Sungayang. Tulisan-tulisan yang di Blog ini secara keseluruhan represenatif akan tetapi tulisan-tulisan yang berada dalam sudut pandang penulis tanpa mengabaikan fakta-fakta yang ada.Bagi yang ingin berkontribusi silakan kirim tulisan ke silatsungaipatai@gmail.com tema tulisan meliputi Sejarah, Budaya, maupun hal unik yang ada di Sungai Patai. kami juga menerima tulisan yang berkenaan dengan Sungai Patai dimanapun berada.Semoga Bermafaat.

Instagram

Search This Blog

Blog Archive

Stay Connected

Sidebar Ads

Pages

Hari Makan-Makan : Tradisi menyambut Ramadhan Di Sungai Patai

Jika di nagari lain di Minangkabau umumnya satu hari sebelum puasa dinamakan dengan hari Balimau. Namun Lain halnya di Sungai Patai, Balimau tidak menjadi tradisi untuk menyambut Ramadhan. Sehari menjelang Ramadhan di Sungai Patai hari ini dinamakan dengan "Hari Makan-Makan" entah bagaimana ceritanya itulah yang penulis tau, dan begitulah orang Sungai Patai menyebutnya. Diprediksi hari sehari ini hari yang diperlolehkan makan di siang hari dan kebanyakan dari hari ini masyarakat Sungai Patai mengadakan badua (kenduri).

Mungkin saja penamaan hari makan-makan karena kemana saja kita berkunjung biasanya disuguhkan nasi dan harus makan, atau karena tinggal satu hari itu saja kita boleh makan siang karena besok sudah puasa, namun jika ditanya kepada orang tua-tua kampung, mereka bilang memang begitulah orang tua-tua dahulu menyebutnya.
Secara umum pengertian hari makan-makan ialah Satu hari sebelum masuknya bulan Ramadhan yang digunakan untuk bersilaturahmi antara sanak famili dan warga kampung pada umumnya. Pada hari ini umumnya  setiap rumah mengadakan syukuran dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan.
Pada hari ini suasana kampung menjadi ramai tak kalah ramainya saat lebaran datang, anak-anak berpakaian rapi layaknya mau bepergian, Ibuk-Ibuk berpakaian muslimah, Bapak-Bapak juga tidak mau kalah biasanya Bapak-Bapak pada hari ini tidak lepas peci dari kepala.
Doc Zulfami (IKSP Batam Makan Makan)
Perjalanan hari ini biasanya tidaklah jauh, hanya berkunjung dari rumah ke rumah saja, atau badua dari rumah ke rumah. Rombongan yang berkunjung dari rumah ke rumah biasanya dikepalai oleh seorang Orang Siak, namun mencari orang Siak pada hari ini tidaklah mudah, kadang harus antri dulu.Orang Siak pun mengerti dan paham dengan situasi ini, orang Siak pada hari ini tiap berkunjung ke rumah hanya makan satu atau setengah sendok nasi saja, mengingat masih banyak rumah yang lain yang mau dikunjungi, termasuk juga para rombongan yang turut serta, tidak kuat makan banyak pada hari ini.
Memang meriah kampung pada hari itu, belum lagi pada pelaksanaan sholat Tarawih perdana, masjid, surau begitu ramai.
Setelah bulan Ramadhan masuk ada lagi tradisi ngabuburit di Sungai Patai, yaitu dengan berkumpul di labuah (jalan raya) dan dibalai ambek tempat menjual kebutuhan pokok.  Labuh ini ramai setelah jam 4 atau setelah Ashar oleh anak-anak yang berpakaian rapi, sambil menunggu waktu berbuka dan di labuah ini semacam pasar pabukokan untuk anak-aknak. Selain itu, pemandangan yang menarik adalah perempuan yang pada tahun tersebut menikah atau anak gadis berpakaian baju kurung, yang membawa rantang hilir mudik di jalan-jalan kecil. Mereka ini orang yang "Maantaan Buko".
Ilustrasi Rantang
Sudah Jamak bahwa mengantarkan makanan pembuka untuk berbuka puasa kepada kerabat merupakan hal yang mutlak untuk menyambung tali silaturahmi. Tradisi Maantaan Buko berupa makanan tradisional atau pabukoan, antara anak dan orangtua, menantu ke rumah mertua, ipar ke rumah bisan, anak pisang ke rumah bako dan lain sebagainya.
Memang Sungai Patai beda pesonanya dengan yang lain.(ed/ Zulfahmi Alfian)

Kerinduan Kampung Halaman.

Perantaun, 30 Sya`ban 1436H.

Post a Comment

Copyright © SUNGAI PATAI. Designed by OddThemes