Jika di nagari lain di Minangkabau umumnya satu hari
sebelum puasa dinamakan dengan hari Balimau. Namun Lain halnya di Sungai Patai,
Balimau tidak menjadi tradisi untuk menyambut Ramadhan. Sehari menjelang Ramadhan
di Sungai Patai hari ini dinamakan dengan "Hari Makan-Makan" entah
bagaimana ceritanya itulah yang penulis tau, dan begitulah orang Sungai Patai
menyebutnya. Diprediksi hari sehari ini hari yang diperlolehkan makan di siang
hari dan kebanyakan dari hari ini masyarakat Sungai Patai mengadakan badua (kenduri).
Mungkin saja penamaan hari makan-makan karena kemana
saja kita berkunjung biasanya disuguhkan nasi dan harus makan, atau karena
tinggal satu hari itu saja kita boleh makan siang karena besok sudah puasa, namun
jika ditanya kepada orang tua-tua kampung, mereka bilang memang begitulah orang
tua-tua dahulu menyebutnya.
Secara umum pengertian hari makan-makan ialah Satu
hari sebelum masuknya bulan Ramadhan yang digunakan untuk bersilaturahmi antara
sanak famili dan warga kampung pada umumnya. Pada hari ini umumnya setiap rumah mengadakan syukuran dalam rangka
menyambut bulan suci Ramadhan.
Pada hari ini suasana kampung menjadi ramai tak kalah
ramainya saat lebaran datang, anak-anak berpakaian rapi layaknya mau bepergian, Ibuk-Ibuk
berpakaian muslimah, Bapak-Bapak juga tidak mau kalah biasanya Bapak-Bapak pada
hari ini tidak lepas peci dari kepala.
Doc Zulfami (IKSP Batam Makan Makan) |
Perjalanan hari ini biasanya tidaklah jauh, hanya
berkunjung dari rumah ke rumah saja, atau badua
dari rumah ke rumah. Rombongan yang berkunjung dari rumah ke rumah biasanya
dikepalai oleh seorang Orang Siak, namun mencari orang Siak pada hari ini
tidaklah mudah, kadang harus antri dulu.Orang Siak pun mengerti dan paham
dengan situasi ini, orang Siak pada hari ini tiap berkunjung ke rumah hanya
makan satu atau setengah sendok nasi saja, mengingat masih banyak rumah yang
lain yang mau dikunjungi, termasuk juga para rombongan yang turut serta, tidak
kuat makan banyak pada hari ini.
Memang meriah kampung pada hari itu, belum lagi pada
pelaksanaan sholat Tarawih perdana, masjid, surau begitu ramai.
Setelah bulan Ramadhan masuk ada lagi tradisi
ngabuburit di Sungai Patai, yaitu dengan berkumpul di labuah (jalan raya) dan dibalai ambek tempat menjual kebutuhan pokok.
Labuh ini ramai setelah jam 4 atau setelah Ashar oleh anak-anak yang
berpakaian rapi, sambil menunggu waktu berbuka dan di labuah ini semacam pasar
pabukokan untuk anak-aknak. Selain itu, pemandangan yang menarik adalah perempuan
yang pada tahun tersebut menikah atau anak gadis berpakaian baju kurung, yang
membawa rantang hilir mudik di jalan-jalan kecil. Mereka ini orang yang "Maantaan Buko".
Ilustrasi Rantang |
Sudah Jamak bahwa mengantarkan makanan pembuka untuk
berbuka puasa kepada kerabat merupakan hal yang mutlak untuk menyambung tali
silaturahmi. Tradisi Maantaan Buko
berupa makanan tradisional atau pabukoan, antara anak dan orangtua, menantu ke
rumah mertua, ipar ke rumah bisan, anak pisang ke rumah bako dan lain
sebagainya.
Memang Sungai Patai beda pesonanya dengan yang lain.(ed/
Zulfahmi Alfian)
Kerinduan Kampung Halaman.
Perantaun, 30 Sya`ban 1436H.
Post a Comment