Selama lebih dari satu abad, perkebunan menjadi aspek
terpenting dalam pereknomian Indonesia pada masa penjajahan. Tujuannya demi
kepentingan Belanda untuk menghasilkan surplus ekonomi dengan cara yang sangat
mudah dan konsisten. Pola organisasi, penentuan jenis tanaman, serta lokasi
penanaman sangat berubah selama kurun waktu 1830 – 1940. Perkebunan sebagian
besar menentukan bentuk Indonesia pada masa penjajahan. Konsep tentang
perkebunan itu sendiri meliputi berbagai komponen seperti tanah, pekerja,
modal, teknologi, skala, organisasi dan tujuan.
Jembatan Tembok Panjang (Ranah) di Bangun Tahun 1918 |
Ekspor besar – besaran maupun perkebunan bukan hal
baru bagi Indonesia pada tahun 1830. Ekspor pertanian secara besar-
besaran serta angka – angka yang cukup
tinggi untuk tanaman tebu dan kopi terutama di bawah System Tanam Paksa sudah
ada sejak abad ke – 17 dan ke – 18. Tetapi tahun 1830 menandai titik permulaan
yang berguna bagi pemikiran serius mengenai perkebunan – perkebunan di Indonesia.
Hal ini disebabkan oleh dua hal, pertama bahwa catatan – catatan yang dibuat
oleh pemerintah kolonial memungkinkan pemantauan secara lebih pasti terhadap
kegiatan pertanian dan perdagangan dari pada yang dilakukan pada masa
sebelumnya. Kedua, keterangan statistik sesudah tanggal tersebut jadi lebih
dapat diandalkan dan seragam sifatnya.
Kopi. Merupakan barang dagangan sangat
menguntungkan dari Sistem Tanam Paksa. Ditanam oleh petani bumiputera di bawah
paksaan pemerintah yang digabung dengan tanaman bahan makanan. Pada masa
konsolidasi Sistem Tanam Paksa antara pertengahan tahun 1830- 1870. Selain itu,
ada tanaman lain Kina atau kulit kayu
Peru dibawah pengaturan pemerintah mulai mulai bergerak secara perahan – lahan
pada akhir tahuan 1850 –an. Ditanam terutama di dataran tinggi.
Sarana angkut yang dipergunakan Belanda untuk
memuluskan eksploitasi ekonomi di kawasan pedalaman Minangkabau mengunakan
jembatan sebagai sarana angkut. Di Sungai patai sendiri ada 2 jembatan yang
dibangun untuk memmuluskan itu. Yaitu jembatan Tembok Panjang di Ranah jalan
masuk sungai Patai dan Jembatan Ngungun jalan masuk ke pemukiman.
Jembatan Ngungun dibangun tahun 1930 (Soengai Patai) |
Jembatan Ranah di bangun pada tahun 1918 dampai saat
ini masih berdiri kokoh dengan ada tulisan Belanda di tembok pembatas jembatan.
Sedangkan jembantan Ngungun lebih
kontenporer yakni pada tahun 1930. Ada mitos yang berkembang di masyarakat
bahwa pembauatan jembatan ini mengunakan kepala manusia sebagai campuran semen.
Namun ini bisa dinalarkan sebagaik bentuk kekejaman Belanda dalam membangun
jembatan dan memuluskan rencananya dalam menguasai Indonesia.
Post a Comment